SIKAP, OPINI, AKTUALISASI DIRI

TAKSONOMI KONSEP KOMUNIKASI

SIKAP,OPINI, PERUBAHAN SIKAP, DAN SELECTIVE EXPOSURE/PERCEPTION/RETENTION.

SIKAP

Mungkin satu-satunya konsep yang paling penting dalam kamus para ahli pdikologis social, jika bukan semua ahli ilmu tingkah laku, adalah konsep tentang sikap. Dalam penggunaannya yang luas, konsep itu salah satu yang paling sukar dioprasionalkan, dan banyak definisi tentang sikap yang beragam digunkan oleh mereka.

Berkowitz (1973:47) menandai adanya tiga aliran pendapat yang berkenaan dengan konsep itu. Pengikut sebuah aliran menganggap sikap sebagai suatu evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap sebuah objek social dipandang sebagai perasaan senang atau ketidak senangan. Aliran lainnya menilai sikap sebagai kesedian untuk menganggap objek social dengan cara tertentu. Kesedian ini dianggap sebagai suatu rangkaiaan yang saling mengikat antara pengertian, perasaan dan kegiatan terhadap objek social.

Pandangan yang terakhir ini yang meliputi komponen kognitif, afektif , dan konatif- muncul, barangkali , sebagai aliran pendapat yang paling luas diterima. Jadi sikap menurut aliran ini, adalah suatu rangkaiaan komponen yang berkelanjutan termasuk didalamnya keyakinan dan penilaiaan (komponen kognitif) , dan kesedian berprilaku (komponen aksi) yang berkenaan dengan sejumlah objek social. Walau pun dinyatakan bahwa ketiga komponen itu dapat ditemui dalam definisi tentang sikap yang lain. Misalnya . George (1959:1) memberilan definisi yang mencerminkan berbagai pengertian yang saat ini sedang digunakan. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak atau beraksi secara positif atau negative terhadap sesuatu, yang didasarkan pada nilai-nilai individual, dan berakar dalam pengalaman sosialnya. Dalam definisi ini, kita melihat ketiga komponen yang disebutkan diatas.

Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :

(Azwar S., 2000 : 23):

  1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai  sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
  2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
  3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

 

Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Soekidjo Notoatmojo,1996 : 132):

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap

antara lain :

1. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformisvatau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6. Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

(Azwar, 2005).

 

 

 

 

 

OPINI

Suatu pendapat adalah hasil dari sikap individu. Berkaitan dengan keadaan tertentu dalam lingkungan sosialnya, individu mengatur sikapnya kedalam hierarki. Ketika individu berbicara atau menulis, ia sedang menyatakan hierarki sikapnya, ia sedang memberikan pendapat. Ketika terjadi perubahan dalam keadaan di luar (dirinya), terjadi perubahan pada hierarki sikapnya dan terjadi pula pengaturan baru yang menghasilkan pendapat baru. Suatu pendapat, akhirnya, adalah suatu pernyataan sikap dalam bentuk kata-kata.

Kendatipun begitu , pengertian tentang sikap dan pendapat itu sendiri tidak begitu ambigu dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Berelson dan steiner dalam karyanya yang terkenal, Human Behavior, masih tetap merasa perlu menyebut topic ini OAB’s (o-abs), atau opinion, attitudes and beliefs (1964:557) dengan catatan bahwa ketiga istilah itu tidak mempunya arti pasti.

Kurangnya arti yang pasti ini mengakibatkan beberapa kerancuan. Gordon dan falk (1973:93) melaporkan bahwa para petugas pengumpul pendapat (pollster) seringkali memperoleh faedah dari keadaan ini dan kerap mengevaluasi sejumlah factor, kecuali sikap dalam pengertian kajian tentang sikap.

Studi tentang perubahan sikap adalah usaha untuk menandai dan memahami proses yang mendasari perubahan sikap (wagner dan Sherwood,1969).

Pesan-pesan dari setiap bentuk komunikasi antar pribadi, media atau massa dapat menimbulkan salah satu dari beberapa bentuk perubahan sikap antara lain :

Attitude Reinforcment.

Kadang-kadang disebut sebagai perubahan sikap yang sama , reinforcement adalah peneguhan sikap yang sudah ada. Suatu sikap adalah evaluasi positif atau negative. Jadi peneguhan sikap dapat disebut sebagai perubahan sikap kearah tanda yang ada.

Attitude Change.

Sering disebut sebagai perubahan sikap yang tidak sama, untuk megubah sikap adalah dengan cara menimbulkan suatu perubahan sehingga sikap berada dalam posisi yang berlawanan , misalnya positif kea rah negative. Sama dengan konversi.

Boomerang Effect.

Suatu perubahan sikap kearah posisi yang berlawanan tidak seperti yang diinginkan.

Conservation.

Upaya mempertahankan sikap yang ada; pesan dirancang untuk mencegah perubahan sikap.

Neutralization.

Perubahan sikap kearah daerah netral, dengan kata lain , sikapnya tidak cenderung menolak atau mendukung.

Ceiling Effect.

Peneguhan sikap pada batas-batas bahwa setiap peneguhan berikutnya tidak dapat diukur.

 

 

SELECTIVE EXPOSUR/PERCEPTION/RETENTION

Tiga konsep yang sangat berkaitan prihal selective exposure, selective exposure, dan selective retention banyak memberikan keterangan tentang tingkah laku social manusia. Walaupun ada tiga gejala social terpisah yang terlihat , karena hubungannya yang selalu berdekatan, beberapa ahli prilaku manusia mengelompokan ketiga istilah itu kedalam satu nama, selective perpection.

 

SELECTIVE EXPOSURE

Adalah kecenderungan manusia membuka diri (Expose) pada (pesan) kemungkinan yang sama dan sesuai dengan kebutuhan dan pendapatnya; dan menghindarkan komunikasi yang tidak sesuai dengan kepentingan dan pendapatnya (Klaper, 1960). Walaupun selektivitas diri pada komunikasi itu selalu sejalan dengan predisposisi individu umumnya dilakukan secara sadar dan disengaja, menurut berelson dan steiner (1964), selective exposure dapat juga terjadi tanpa disadari.

Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensive, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain.

SELECTIVE PERCEPTION

Adalah kecenderungan mansia untuk salah tafsir dan salah tanggap pada komunikasi persuasive berkaitan dengan predisposisi mereka, dengan cara mengubah pesan kearah yang sesuai dengan predisposisi mereka, dengan cara mengubah pesan kearah yang sesuai dengan predisposisi itu (Berelson dan Steiner, 1964).

 

 

SELECTIVE RETENTION

Selective retention secara nyata bisa juga melingkupi selective retention, menurut Klapper (1960). Garis perbedaan antara kedua proses itu , sebenarnya , terkadang sukar , dan pada beberapa hal, tidak mungkin dijelaskan; teteapi secara ringkas , bahan yang disampaikan lebih mudah dijelaskan oleh mereka yang bersimpati dan lebih mudah dilupakan oleh mereka yang tidak bersimpati.

Bahkan dalam kasus yang ekstrem, kata Berelson dan Steiner (1964,531), seleksi pribadi terhadap pesan komunikasi yang sesuai dengan predisposisi jauh lebuh sempurna. Akibatnya , biasanya ada sejumlah kecil orang yang tanpa kepentingan , atau kebetulan dan sebagainya , membaca dan mendengarkan hal-hal yang berlawanan atau berbeda dengan kedudukan mereka sendiri. Tetapi yang paling penting manusia cenderung melihat atau mendengar pesan pada tingkat dimana pesan itu tersedia.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI

Orang lain

Gabriel Marcel, filsuf eksistensialis, mencoba menjawab tentang peranan orang lain dalam memahami diri “ The fact is that we can understand ourselves by starting from the other, or from others and only by starting from them.” Kita mengenal diri kita dengan mengenalkan orang lain lebih dahulu. Bagaimana anda menilai diri saya, akan membentuk konsep diri saya.

Harry Stack Sullivan (1952) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita, Begitu juga sebaliknya. S. Frank Miyamoto  dan  Sanfrd M. Dornbusch (1956) mencoba mengkorelsikan penilaian orang lain terhadap diri sendiri dengan skala lima angka dari yang paling jelek sampai yang paling baik. Yang dinilai adalah kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik dan kesukaan orang lain pada dirinya. Dengan skala yang sama mereka menilai orang lain. Ternyata orang yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan skor yang tinggi. Artinya, harga dirinya sesuai dengan penilaian orang lain.

Eksperimen lain, Gergen (1965, 1972) menunjang penemuan ini. Pada satu kelompok, subjek – subjek eksperimen yang menilai dirinya dengan baik diberi peneguhan dengan anggukan, senyuman, atau pernyataan mendukung mereka. Kelompok lain,penilaian positif tidak ditanggapi sama sekali. Kelompok pertama menunjukkan peningkatan citra diri yang lebih baik, karena mendapat sokongan dari orang lain.

George Herbert Mead (1934) menyebut orang lain yang paling berpengaruh Significant Others – orang lain yang sangat penting. Mereka adalah orang tua, saudara – saudara dan orang – orang yang tinggal dirumah dengan kita. Richard Dewey  dan  W.J. Humber (1966:105) menamainya affective others – orang lain yang dengan mereka kita memiliki ikatan emosional. Dari merakalah pelan-pelan membentuk konsep diri. Ketika kita tumbuh dewasa, kita kita mencoba menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan kita. Kita menilai diri kita sesuai dengan persepsi orang lain – yang Significant dan tidak – tentang dirinya. Pandangan diri terhadap keseluruhan pandangan orang lain terhadap diri disebut Generaized Others . konsep ini juga berasal dari George Herbert Mead. Mencoba menempaatkan diri kita sebagai orang lain. Mengambil peran sebagai ibu , sebagai ayah atau sebagai Generalized others disebut Role taking. Role taking amat penting artinya dalam pembentukan konsep diri.

kelompok rujukan (reference group)

setiap kelompok mempunyai norma – norma tertentu. Ada kelompok tertentu yang secara emosional mengikat kita,  ini disebut kelompok rujukan.orang yang mengarahkan dan menyesuaikan dirinya dengan cirri – ciri kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok rujukan anda Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan norma – norma dalam ikatan ini sebagai ukuran perilaku anda.

PENGARAHAN KONSEP DIRI PADA KOMUNIKASI INTERPERSONA

Membuat yang dipenuhi sendiri

Konsep diri merupakan factor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri sebagai nubuat yang dipenuhi sendiri. Bila anda berfikir anda orang bodoh, anda akan benar – benar menjadi orang bodoh. Jika anda meresa memiliki kemampuan mengatasi persoalan, maka persoalan apa pun yang anda hadapi pada akhir dapat anda atasi. Hubungan konsep diri dengan perilaku, mungkin dapat disimpulkan dengan ucapan para penganjur berfikir positif : You don’t think what you are, you are what you think. Sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri anda; positif atau negative.

Menurut Willian D. Brooks dan Philip Emmert (1976”42 – 43) ada empat tanda orang memiliki konsep diri negative.

Pertama, ia peka pada kritik, orang ini sangat tidak tahan kritik dan mudak marah atau naik pitam. Orang yang memiliki konsep diri yang negative cenderung menghindari dialog yang terbuka dan bersikeras mempertahankan pendapatnya.

Kedua, Responsif sekali terhadap pujian, meski berpura – pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Segala embel –embel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya. Bersamaan dengan hal itu, mereka pun bersikap hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh, meremehkan dan mencela apa dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan pada kelebihan orang lain.inilah sifat yang ketiga, sikap hiperkritis.

Ketiga, kecenderungan tidak disenangi orang lain. Merasa tidak dperhatikan. Ia bereaksi terhadap orang lain sebagai  musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. Ia tidak akan pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari system social yang tidak beres.

Keempat, bersikap pesimis terhadap kompetisi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merukan dirinya.

Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif ada 5 macam :

  1. ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah
  2. ia merasa setara dengan orang lain
  3. ia menerima pujian tanpa rasa malu
  4. ia menyadari, bahwa setiap orang memiliki perasaan,  keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
  5. ia mampu memperbaiki dirinya. Karena ia sanggup mengungkapkan aspek – aspek kepribadian yang tidak disenganinya dan berusaha mengubahnya.

Komunikasi yang berkonsep diri positif adalah orang yang menurut istilah Sidney M. Jourard – ” tembus pandang “ (transparent), terbuka kepada orang lain. (Jourard, 1971).

Membuka Diri

Pengetahuan tentang diri akan menigkatkan komunikasi dan pada saat yang  sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita.

Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window. Dalam Johari Window diungkapkan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita.

Tidak diketahui                    tidak diketahui

Terbuka (open) Buta (Blind)
Tersembunyi (Hidden) Tidak dikenal (Unknown)

Kamar pertama disebut daerah terbuka (open area) , meliputi perilaku dan motivasi yang kita ketahui dan diketahui orang lain.

Anda benci kepada atasan anda, tetapi anda berusaha  menunjukkan sikap ramah kepadanya ketika ia meminta maaf telah menyinggung perasaan anda. Diri yang ditutupi disebut daerah tersembunyi (Hidden area)  artinya kita sendiri tidak menyadarinya, orang lain ayng sebaliknya mengetahuiya.orang yang merendahkan diri berusaha menjual tampang, menyakinkan orang lain atas keunggulan dirinya dan merendahkan orang lain.ia tidak menyadarinya tapi orang lain mengetahuinya. Ini termasuk daerah buta (Blind area) . tentu ada diri kita yang sebenarnya, yang hanya Allah yang mengetahuinya. ini disebut daerah tidak dikenal (Unknown area). Jadi komunikasi yang efektif terjadi pada daerah public. Makin baik anda mengetahui seseorang, makin akrab hubungan anda dengan dia, makin lebar daerah terbuka jendela anda.

Percaya Diri (self Confidence)

Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya. Dalam diskusi, ia akan lebih banyak diam. Dalam pidato, ia berbicara terpatah – patah.

Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai Communication Apprehension. Orang yang apprehensive dalam komunikasi, akan menarik diri dalam pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja. Sebuah penelitian di Amerika menyatakan bahwa 10 sampai 20 persen mahasiswa Amerika menderita aprehensi komunikasi (Hunt, Scott, McCroskey, 1978:148). Orang – orang yang aprehensif dalam komunikasi, cenderung dianggap tidak menarik perhatian orang lain, kurang kredibel,dan sangat jarang menduduki jabatan tinggi. Percaya diri adalah factor yang paling menentukan kualitas komunikasi. Kita dapat menggunakan nasihat tokoh Psikosibernetik yang popular, Maxwell Maltz “Believe in yourself  ang you ‘ll succeed . untuk meningkatkan percaya diri menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu. (Maltz, 1970:55).

Selektivitas

“ konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa anda bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat,” tulis Anita Taylor et al. (1977:112) dengan singkat, konsep diri menyebabkan terpaan selektif (selective exposure) persepsi selektif (selective perception) dan ingatan selektif (selective attention).