Archive for 1

PERISTIWA KOMUNIKASI YANG BERPIJAK PD LANDASAN BIOLOGI, PSIKOLOGI, SOSIOLOGI, ANTOPOLOGI

Pendahuluan

Komunikasi merupakan aktivitas yang paling esensial dalam kehidupan manusia. Kurang lebih 3/4dari waktu kita, dipergunakan untuk berkomunikasi. Keberhasilan seseorang pun dapat dilihat dari keterampilannya dalam berkomunikasi. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian.

Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku, pengalaman, kesadaran dan latar belakang manusia. Atau dengan kata lain, ilmu komunikasi juga berkaitan erat dengan ilmu yang mempelajari manusia, yaitu Biologi, Psikologi, Sosiologi dan Antropologi . Akan tetapi, komunikasi bukanlah subdisiplin ilmu dari ke empat ilmu tersebut. Justru komunikasi dipelajari oleh disiplin-disiplin ilmu yang lain.

Sederhananya, komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang diterima oleh alat-alat indera, ke bagian otak. Informasi itu bisa berasal dari lingkungan, organisme lainnya, atau dari diri sendiri. Ditinjau dari sudut pandang ilmu Biologi, proses penyampaian informasi itu sendiri merupakan suatu proses yang teramat rumit dan kompleks. Hasil dari sinergi otak dengan berbagai alat indera dan organ-organ tubuh, serta melibatkan jutaan sel syaraf di otak dan seluruh bagian tubuh.

Tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk menghasilkan suatu tindakan komunikasi efektif. Atau dengan kata lain, menyampaikan apa yang ada di pikiran komunikator, agar sama dengan apa yang dipikirkan oleh pihak komunikan. Komunikasi yang efektif ini, setidaknya menimbulkan lima hal, yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik serta tindakan.

Disinilah peranan ke empat ilmu tersebut dalam komunikasi. Selain menganalisis penyebab, dampak dll, ke empat ilmu tersebut juga berusaha menemukan cara yang paling baik untuk menimbulkan komunikasi efektif. Dengan mempelajari ilmu tersebut, komunikasi yang akan kita lakukan dapat dilancarkan dengan cara yang terbaik. Selain itu, dampak dari komunikasi yang dilakukan pun dapat diprediksikan.

 

Fenomena

Empat ratus tahun Sebelum Masehi, Hipokrates menyadari hubungan antara komunikasi efektif dokter dan kemungkinan yang lebih besar bagi pasien untuk sembuh. Ia menulis, “Pasien, meskipun sadar bahwa kondisinya membahayakan, mungkin pulih kembali hanya karena puas dengan kebaikan dokter.

” Komunikasi efektif yang selama ini dianggap seni oleh dokter, justru merupakan obat paling mujarab bagi pasien. Bensing dan Verhaak (2004) mengkaji ulang bukti ilmiah yang awalnya dianggap efek placebo. Efek placebo ternyata ilmiah. Makin besar harapan dokter bahwa pasien akan sembuh, makin besar kemungkinan pasien untuk sembuh. Kepedulian dokter terhadap pasien ternyata mengurangi kecemasan, rasa sakit, dan tekanan darah serta meningkatkan kesehatan  mereka secara umum.

Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan dokter kepada pasien adalah dengan meningkatkan keterampilan komunikasi mereka. Salah satu kebiasaan dokter yang merusak adalah keengganan mereka untuk mendengarkan pasien.

Berdasarkan fenomena tersebut dapat dikatan bahwa Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan yang baik antara komunikator dan komunikan karena komunikasi mencakup pencapaian informasi, pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi sering kali meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak komunikator, dalam hal ini dokter untuk membantuk pasien mencapai keberhasilan penyembuhan di tinjau dari keberhasilan komunikasi yang berpijak pada persfektik biologi, sosiologi, psikologi dan antropologi.

 

Pembahasan

Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia dan meliputi pertukaran informasi, perasaan, pikiran dan perilaku antara dua orang atau lebih. Komunikasi mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pertukaran informasi dan mempengaruhi orang lain.

Interaksi Dokter dan pasien akan menghasilkan informasi untuk Dokter tentang keadaan pasien dan pada waktu yang bersamaan Dokter dapat memberikan informasi tentang cara-cara menyelesaikan masalah dengan strategi tertentu sehingga pasien terpengaruh dan mau melakukannya untuk penyelesaian masalah pasien.

Ke efektifan komunikasi tidak dapat lepas dari keterkaitan berbagai aspek ilmu, seperti ilmu sosiologi, psikologi, dan antopologi. Dalam hal ini yang erat kaitannya adalah keterkaitan seorang Dokter dengan ilmu biologi, selain membantu proses anamnesis pasien ilmu biologi memiliki keterkaitan yang cukup erat dalam komunikasi.

Kesamaan persepsi timbul dan dilator belakangi oleh adanya kesamaan latar belakang, yang dapat di tinjau berdasrkan :

BIOLOGIS

Manusia merupakan makhluk social yang sebagian besar masa hidupnya dihabiskan untuk berkomunikasi. Komunikasi ini timbul karna adanya suatu dorongan dan fungsi biologis dari manusia itu sendiri. Manusia dilengkapi dengan kelengkapan alat komunikasi dalam tubuhnya, salah satunya yang paling fital adalah pita suara pada kerongkongan selain itu manusia dilengkapi dengan  indra, diantaranya indra perasa, pendengan, penglihatan, penciuman , pengecap dan indra peraba.

Sederhananya, komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang diterima oleh alat-alat indera, ke bagian otak. Informasi itu bisa berasal dari lingkungan, organisme lainnya, atau dari diri sendiri. Ditinjau dari sudut pandang ilmu Biologi, proses penyampaian informasi itu sendiri merupakan suatu proses yang teramat rumit dan kompleks. Hasil dari sinergi otak dengan berbagai alat indera dan organ-organ tubuh, serta melibatkan jutaan sel syaraf di otak dan seluruh bagain tubuh.

SOSIOLOGIS

Manusia terlahir kedunia tanpa disadari telah masuk kedalam sebuah komunitas social. Tergabung kedalam tatanan social baru. Dimana manusia berpresepsi menangkap objek-objek sisial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga dalam setiap penilayaannya mengandung resiko (Mulyana Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar, 5:175)

PSIKOLOGIS

Tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk menghasilkan suatu tindakan komunikasi efektif. Atau dengan kata lain, menyampaikan apa yang ada di pikiran komunikator, agar sama dengan apa yang dipikirkan oleh pihak komunikan. Komunikasi yang efektif ini, setidaknya menimbulkan lima hal, yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik serta tindakan.

Disinilah peranan psikologi dalam komunikasi. Selain menganalisis penyebab, dampak dll, psikologi juga berusaha menemukan apa cara yang paling baik untuk menimbulkan komunikasi efektif. Dengan mempelajari psikologi, komunikasi yang akan kita lakukan dapat dilancarkan dengan cara yang terbaik. Selain itu, dampak dari komunikasi yang dilakukan pun dapat diprediksikan.

Itulah konsep dari psikologi komunikasi. Psikologi komunikasi berusaha untuk menganalisis proses berkomunikasi antar individu atau dengan diri sendiri, dengan sejelas-jelasnya. Bila suatu komunikasi telah berhasil, maka tujuan yang ingin kita tuju pun dapat dicapai. Selain itu kepribadian yang kita miliki pun akan berkembang dengan baik.

ANTOPOLOGI

Dalam kenyataannya, Antropologi mempelajari semua mahluk manusia yang pernah hidup pada semua waktu dan semua tempat yang ada di muka bumi ini. Mahluk manusia ini hanyalah satu dari sekian banyak bentuk mahluk hidup yang ada di bumi ini yang diperkirakan muncul lebih dari 4 milyar tahun yang lalu. Antropologi berusaha untuk melihat segala aspek dari diri mahluk manusia pada semua waktu dan di semua tempat, seperti: Apa yang secara umum dimiliki oleh semua manusia.

Keberadaan antopologi erat kaitannya dengan budaya, dimana proses komunikasi erat kaitaannya dengan suatu kebudayaan. Hal ini tercermin pada perbedaan suku, adat, istiadat dan berpengaruh pada bahasa dalam berkomunikasi. Perbedaan yang ada tentunya merupak sebuah hambatan dalam proses komunikasi efektif. Dengan demikian sutu perbedaan yang ada perlu di kenal dan dipahami lebih dalam, sehingga dengan demikian dapat terbentuk kesamaan persepsi.

Dalam proses komunikasi efektif adanya kesamaan budaya antara komunikator dan komunikan memungkinkan terbentuknya sebuah komunikasi yang efektif, hal ini berdampak pada rasa saling memiliki dalam sebuah status social yang sama dalam masyarakat.,

Dokter sebagai professional medis yang mengandalkan kemampuan medis tidak dapat mengabaikan pentingnya komunikasi pada pasien. Keterkaitan Dokter dengan pasien secara interpersonal memungkinkan terjadi sebuah proses komunikasi secara mendalam. Sehingga komunikasi yang efektif dapat mendukung proses pemulihan pasien. Kefektifan suatu komunikasi tidak lepas keterkaitan latar belakang seorang komunikator dan komunikan ditinjau dari perspsi psikologis , social, budaya dan biologis, dengan harapan pasien dapat merasa lebih nyaman

Komunikasi di antara dokter dan pasien juga mencakup komunikasi verbal dan nonverbal. Kelancaran sebuah komunikasi verbal didukung adanya ketertarikan dan persepsi antar komunikator dan komunikan. Terjadinya proses komunikasi antara dokter dan pasien didasari adanya factor kepentingan seorang pasien untuk mengobati keluhannya, yang secara biologis keluhan dan tanda-tanda fisisk pada pasien menjadi sebuah pesan yang akan dipersepsikan oleh seorang dokter.

Proses komunikasi yang terjadi antara dokter dan pasien adalah secara interpersonal dimana pasien secara pribadi menyampaikan keluhannya pada dokter. Dimana isi pesan yang pasien sampaikan tidak mungkin di komunikasikan pada sembarangan orang. Proses komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien tentunya dilatar belakangi oleh persepsi, di awal pertemuan biasanya dokter menayakan latar belakang dan keluhan , missal “ dokter menyakan dimana kita tinggal, dimana anda kerja, berapa umur anda, sudah menikah atau belum, darimana anda berasal, apa yang anda rasakan“ , pertenyaan yang dokter sampaikan merupakan sebuah pendekatan persepsi yang berujung pada pemaknaan.

Tidak dapat dipungkiri dari awal perbincangan tersebut akan mengarah pada sebuah perbincangan yang lebih intim, dikarnakan telah terbentuknya sebuah persepsi . Kemungkinan ini bisa terjadi apabila antara komunikator dan komunikan memiliki latar belakang sama baik itu dari sisi social dan budaya yang sama. Sehingga akan timbul sebuah rasa kedekatan antara dokter dan pasien, dikarnakan adanya rasa kedekatan diantara mereka, yang secara disadari atupun tidak, proses komunikasi antara dokter dan pasien akan berdampakan secara psikologis pada pasien, tersugestinya seorang pasien pada kata-kata yang dilontarkan dokter sehingga berpengaruh pada perubahan sikap dan perkembangan yang lebih baik, pasien merasa nyaman dan tenang, yang secara tidak langsung hal itu memberikan efek positif pada pemuliahn kesehantan pasien.

Efek pemulihan pada pasien merupakan bentuk peranan psikologi dalam komunikasi, proses komunikasi berusaha menganalisis penyebab dan dampak, dimana peran psikologi dalam komunikasi berusaha menemukan apa cara yang paling baik untuk menimbulkan komunikasi efektif.

Efek positif pasien merupakan bentuk hasil dari kefektifan suatu komunikasi yang dilakukan oleh seorang dokter dangan pasiennya. Seperti dikatan oleh Hall, manusia dapat berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. Kebebasan manusia telah memungkinkan setiap kelompok budaya untuk menentukan bermacam-macam cara penyampaian pesan. Di antaranya melalui “bahasa” jarak dan ruang antar tubuh saat komunikasi.

Inti komunikasi adalah adanya sebuah persepsi. Tanpa persepsi yang cermat, kita tak mungkin berkomunikasi efektif. Apabila seorang Dokter mendiagnosis tidak cermat, maka dokter dapat memberikan obat yang keliru kepada pasien, membuat penyakitnya lebih parah, cacat seumur hidup, atau meninggal dunia. Babrow dan Dinn (2005), mengatakan, seorang dokter yang cakap harus juga seorang komunikator cakap, yang memahami ketidakpastian dialami pasien dan keluarganya.

Kefektifan komunikasi antara dokter dan pasien tidak hanya didukung oleh komunikasi verbal, kefektifan sebuah komunikasi perlu di dukung oleh adanya komunikasi nonverbal. Dalam hal ini Salah satu nya adalah sentuhan dokter pada bagain tubuh pasien yang mengalami keluhan. Secara disadari ataupun tidak, sentuhan dan pijatan yang dilakukan Dokter adalah bentuk komunikasi nonverbal.

Contohlainnya adalah menganggukkan kepala tidak selalu berarti ya, dan menggelengkan kepala tidak selalu berarti tidak. Seorang dokter harus kritis menafsirkan pesan pasien yang samar ini. Misalnya, jika dokter mengharapkan pasien untuk kembali menemuinya minggu depan, setelah dokter memberi obat, anggukan kepala pasien tidak otomatis berarti persetujuan. Pasien mengangguk, namun boleh jadi ia tidak berniat untuk kembali menemuinya. Padahal, konsultasi selanjutnya penting bagi kesehatan pasien.

Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tampil dalam bentuk nada suara, ekspresi wajah-wajah dan gerakan anggota tubuh tertentu. Manusia mendapatkan informasi dari manusia lain secara dominant melalui bahasa tubuh (55% informasi), kemudian disusul nada bicara (38%) dan baru kata-kata (7%). Informasi nonverbal akan terkode lima kali  ebih kuat daripada informasi verbal. pesan yang dikomunikasikan oleh gerakan tubuh, gerakan mata, ekspresi wajah,sosok tubuh, penggunaan jarak-ruang,kecepatan dan volume penggunaan suara, bahkan keheningan

 

PENUTUP

Riset dalam komunikasi kesehatan menunjukkan bahwa kebutuhan pasien akan sentuhan tidak dipenuhi oleh profesional medis (Kreps dan Thornton, 1992). Pijitan dan sentuhan oleh dokter dan perawat menghasilkan efek positif pada pasien yang dirawat di rumah sakit (Knapp dan Hall, 2002).

Efek positif pasien merupakan bentuk hasil dari kefektifan suatu komunikasi yang dilakukan oleh seorang dokter dangan pasiennya. Seperti dikatan oleh Hall, manusia dapat berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. Kebebasan manusia telah memungkinkan setiap kelompok budaya untuk menentukan bermacam-macam cara penyampaian pesan. Di antaranya melalui “bahasa” jarak dan ruang antar tubuh saat komunikasi.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar

Sunarto Kamanta, Sosiologi Kesehatan

www.scribd.com